Legenda Kue Bulan

Asal-Usul Kue Bulan

Kue bulan atau biasa disebut juga sebagai Tiong Chiu Pia adalah makanan tradisional yang sangat penting dalam budaya Tionghoa, terutama selama Festival Pertengahan Musim Gugur. Festival ini dirayakan pada hari ke-15 bulan kedelapan dalam kalender lunar Tionghoa, ketika bulan dianggap paling bulat dan terang. Tradisi menikmati kue bulan selama festival ini memiliki sejarah panjang yang berakar lebih dari 3.000 tahun yang lalu, dimulai pada masa Dinasti Shang (1600-1046 SM).

Fungsi Ritual dan Sosial

Pada masa Dinasti Tang (618-907 M), kue bulan mulai diakui sebagai bagian penting dari perayaan Festival Pertengahan Musim Gugur. Selama Dinasti Ming (1368-1644 M) dan Dinasti Qing (1644-1912 M), kue bulan menjadi lebih populer dan meluas penggunaannya sebagai simbol penghormatan kepada dewa-dewa dan doa untuk panen yang baik, kebahagiaan, dan kesejahteraan keluarga. Kue ini juga digunakan sebagai hadiah untuk kerabat dan teman, memperkuat ikatan sosial dan keluarga.

Legenda Chang’e dan Hou Yi

Legenda Chang’e adalah salah satu kisah paling terkenal yang terkait dengan Festival Pertengahan Musim Gugur dan kue bulan. Menurut cerita ini, Hou Yi adalah seorang pemanah yang hebat yang menyelamatkan bumi dengan menembak jatuh sembilan dari sepuluh matahari yang membakar dunia. Sebagai hadiah, ia diberikan ramuan keabadian oleh Ratu Surga. Namun, Hou Yi tidak ingin hidup tanpa istrinya, Chang’e, sehingga ia menyimpan ramuan tersebut.

Suatu hari, seorang murid Hou Yi yang bernama Feng Meng berusaha mencuri ramuan tersebut ketika Hou Yi sedang pergi berburu. Untuk mencegah Feng Meng mengambilnya, Chang’e meminum ramuan itu dan seketika terbang ke bulan, meninggalkan suaminya. Dipercaya bahwa Chang’e sekarang tinggal di bulan, dan saat Festival Pertengahan Musim Gugur, orang-orang membuat dan memakan kue bulan sebagai penghormatan kepada Chang’e.

Kisah Pemberontakan Melalui Kue Bulan

Selain legenda romantis, ada juga kisah sejarah yang mengaitkan kue bulan dengan pemberontakan. Selama Dinasti Yuan (1271-1368 M), Tiongkok berada di bawah kekuasaan Mongol. Cerita mengatakan bahwa pemimpin pemberontakan, Zhu Yuanzhang, menggunakan kue bulan untuk menyebarkan pesan rahasia kepada para pemberontak. Pesan tersebut berisi rencana pemberontakan yang akan terjadi pada malam Festival Pertengahan Musim Gugur. Kue bulan yang digunakan untuk menyembunyikan pesan tersebut disebarkan ke seluruh negeri, dan pemberontakan berhasil, yang akhirnya mendirikan Dinasti Ming.

Makna Simbolis

Kue bulan juga memiliki makna simbolis yang mendalam dalam budaya Tionghoa. Bentuknya yang bulat melambangkan keutuhan dan kebulatan, yang mengisyaratkan persatuan dan kebersamaan dalam keluarga. Memakan kue bulan bersama keluarga saat festival dianggap sebagai cara untuk menghormati dan merayakan ikatan keluarga.

Varietas dan Evolusi

Selama berabad-abad, kue bulan telah berkembang dengan berbagai variasi rasa dan bentuk. Ada kue bulan tradisional dengan isian pasta biji teratai dan kuning telur asin, serta variasi modern seperti kue bulan es krim dan kue bulan dengan kulit tepung ketan (snow skin mooncake). Meskipun bentuk dan rasa kue bulan berubah seiring waktu, esensi dan makna tradisionalnya tetap dipertahankan.

Penutup

Sejarah dan legenda kue bulan mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi Tionghoa yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Dari cerita romantis Chang’e hingga kisah pemberontakan yang berani, kue bulan / Tiong Chiu Pia lebih dari sekadar makanan, yaitu merupakan simbol dari sejarah, mitologi, dan nilai-nilai sosial yang masih dirayakan hingga hari ini. Dengan memahami latar belakang dan makna di balik kue bulan / Tiong Chiu Pia, kita bisa lebih menghargai keindahan dan kelezatan kue tradisional ini.

Delima Mooncake menyediakan berbagai varian rasa kue bulan yang dapat Anda lihat disini.

Similar Posts